Benarkah Batu Malin Kundang Asli karena Dikutuk Sang Ibu? Ini Penjelasannya
| Batu Malin Kundang |
PADANG - Salah satu cerita rakyat yang populer dan berkembang di masyarakat Indonesia adalah Malin Kundang. Namun, benarkah batu Malin Kundang yang dikutuk oleh sang ibu itu benar adanya? Begini faktanya!
Siapa yang belum tahu cerita Malin Kundang?
Cerita Malin Kundang adalah salah satu dongeng terkenal yang berasal dari Sumatra Barat.
Saking populernya, cerita rakyat ini telah diadaptasi ke dalam berbagai karya sastra dan pentas seni.
Cerita Malin Kundang dianggap menarik lantaran memiliki pesan moral dan makna yang tersirat di dalamnya.
Hal ini karena cerita tersebut mengajarkan siapa pun agar menghormati orang tua.
Dilansir dari suaracom, terlepas dari itu, menarik untuk menyimak fakta kebenaran batu Malin Kundang.
Cerita Malin Kundang
Cerita Malin Kundang mengisahkan tentang seorang anak yang dikutuk menjadi batu oleh sang ibu.
Cerita bermula ketika Malin Kundang diizinkan merantau agar bisa mengubah nasib keluarganya yang kesusahan.
Hanya saja, dia lupa diri ketika pulang merantau dan kembali ke tanah kelahirannya.
Dalam satu cerita, dia pulang bersama istrinya dengan pakaian yang bagus dan kapal yang besar.
Mendengar anaknya pulang, sang ibu mencoba memeluk Malin Kundang.
Hanya saja, Malin Kundang tak menganggap ibunya tersebut.
Kecewa dengan kelakuan anaknya, dia meminta pada Tuhan agar sang anak diberi hukuman berat.
Tak lama, Malin berubah menjadi batu yang dipercaya sebagai kutukan karena tak menghormarti orang tua.
Nah, batu yang ada di salah satu pantai di Sumbar itulah yang dipercaya sebagai sosoknya.
Lantas, benarkah batu Malin Kundang itu asli?
Fakta Batu Malin Kundang
Belum banyak yang tahu tentang fakta batu Malin Kundang yang telah diceritakan turun menurun.
Ada yang menyebut bahwa batu yang terletak di Pantai Air Manis, Kota Padang itu adalah asli.
Namun, fakta mengungkap bahwa batu Malin Kundang adalah palsu.
Dikutip bekasi.pikiran-rakyat, ternyata batu yang selama ini diketahui sebagai batu kutukan itu hanyalah buatan.
Batu orang yang sedang bersujud di pasir digambarkan sebagai anak yang tengah meminta ampun kepada sang ibu sebelum dikutuk menjadi batu.
Nyatanya, batu tersebut dibuat untuk menarik perhatian para wisatawan.
Hal ini sebagai bukti dari adanya kisah legenda seorang anak yang dikutuk menjadi batu karena durhaka.
Relief batu tersebut awalnya dibuat pada 1980-an sebagai hasil karya Dasril Bayras bersama Ibenzani Usman.
Direnovasi
Batu tersebut pun dikabarkan sudah direnovasi berulang kali dan dicat ulang.
Tidak hanya batu, di tempat sama juga terdapat karya seni lainnya seperti monumen berbentuk pecahan kapal.
Batu tersebut menjadi populer dan menjadi daya tarik wisatawan di Padang.
Meskipun mitos, cerita yang sama persis juga ditemukan di beberapa negara lain di Asia Tenggara.
Salah satunya adalah Malaysia dengan cerita Si Tenggang. (*)
